Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Nonton atau Aku

  "Nonton atau Aku?" “Kamu bobo ya sayang,” katamu lembut di malam tenang, Tapi beberapa detik kemudian... “aa mau nonton wkwk” dan langsung hatiku pun goyah pelan. Belum ngantuk, aku masih ingin ngobrol, Tapi kamu malah pengen nonton scroll-scroll. “Gak boleh,” jawabku manja, Bukan marah, cuma takut kamu lupa kalau aku ada. “yaudah nonton sambil chat,” usulmu licik, Tapi aku tahu ending-nya bakal bikin sakit. Suka lama kalau udah asyik, Yang ngarep dibalas malah cuma bisa klik-klik. “Aa mah gitu ya, milih nonton,” Kalimat lirih itu aku tulis dengan penuh rintihan. Padahal cuma pengen kamu utamain aku, Bukan serial yang entah siapa-siapa dulu. Katamu nonton di “lepoto” (laptop maksudnya, yaa), Dan tetep bisa chat di HP strategi dua dunia. Tapi hatiku tetap bilang Karena yang kupengen, cuma kamu fokus ke aku. “Yaudah terserah,” kataku lirih, Padahal hati pengen kamu merhatiin lebih. “Dih ngambek,” katamu genit, “Cium nih ngambek mah, muach!”  dan hatiku d...

Video Call dan Tangis Manja

  "Video Call dan Tangis Manja" "Nyebelin da ih..." kataku setengah ngambek, Air mata hampir tumpah, "Ak... aku nangis nih..." Padahal cuma karena kamu nyenyenye nggak jelas. Bukan karena marah besar, Cuma pengen kamu sadar, Kalau sikapmu itu Kadang ngeselin tapi bikin rindu. Lalu tiba-tiba HP berdering, Video call masuk… Satu kali, dua kali... lima kali! Kayak sinetron tayang prime time, gak habis-habis! 20 menit pertama, Aku diem aja, Tapi senyum-senyum juga sih, Apalagi waktu kamu nyanyi pake suara yang selalu aku rindukan dan yang selalu ingin aku dengar. Call berlanjut... 11 menit, 46 menit, Kayak kita lupa waktu, Padahal awalnya cuma gara-gara ‘nyebelin dikit’. sampai sini dulu ya, next aku lanjut hehe

Bukan Kakak, Tapi Calon Suami

"Bukan Kakak, Tapi Calon Suami" 25 Juni 2025  Katanya, "Aa apa ayang nih?" Aku jawab manja, "Aa sayang deh" Tapi balasanmu bikin nyesek dikit, "Siap adikku..." hadeuh, mau nangis dikit. Adik katanya, Padahal hati ini udah mikirnya beda. Aku mau dipanggil yang spesial dong, Bukan adik, itu tuh... tukang nyolong gorengan di warung! wkwk Aku protes, kamu tetap ngegas, "kan aku kakak kamu!" uh, hampir lepas napas. Tapi tenang, aku pun cepat klarifikasi, "aku bilang sayang, bukan kakak" Lalu kamu bilang nggak suka dianggap kakak, Langsung deh aku panik, takut kamu ilang mendadak. Cepat-cepat kuucap dalam teks romantis, "Maaf ya ayang sayang calon suami aku 😍" Aku ulangin biar kamu percaya, Aku bukan adekmu, tapi cinta sejati yang nyata. Calon imam, bukan sekadar teman, Yang siap nemenin kamu makan sampai kenyang. Tapi kamu malah ngambek, bilang "Terserah kamu aja!" Aku cuma bisa ngetik pelan...

Cuma Kamu yang Bisa Bikin Aku Cemburu Tapi Seneng.

 Cuma Kamu yang Bisa Bikin Aku Cemburu Tapi Seneng. 24 Juni 2025 tiba-tiba notif pesan dari muncul kembali "Ada setan cewek disini", katamu ringan Kubaca cepat, tertawa perlahan Tapi di balik tawa, rasa ingin tahuku tak bisa kutahan. "Coba aku pengen lihat," ucapku berkali Tapi jawabmu hanya candaan yang lari Katamu, "sama temen ih, cowok" Aku tarik napas dalam kata, "Aku cemburu kalau aa sama cewek," Bukan karena tak percaya, tapi karena aku suka jadi satu-satunya yang kamu cerita. Dan kau balas, “Astaghfirullah nggak ih,” Syukurku meledak lembut di dada, "Alhamdulillah… seneng dengernya." Lalu percakapan beralih kamu kirim vidio pendek yang berisikan foto dengan lirik lagu yang romantis Video pendek, satu kata: “Mantap” Kau tanya, “Apanya yang mantap?” Dengan senyum penuh makna kujawab cepat: “Aa-nya yang keren 😍” Tapi kamu menyangkal manja, "Nggak oge," katamu Aku pun bersiasat, “Nggak kata aa, tapi iya ...

Antara Chat, Canda dan Cinta

  Antara Chat, Canda dan Cinta 23 Juni 2025 "kemane?? tanyamu. “Ke dinas kearsipan” jawabku. Lalu disambung cepat— “Mau bikin surat nikah?” Aku tertawa lirih, antara malu dan tersanjung, karena di balik candamu, selalu ada harapan yang tak terucap. Tapi kemudian hening, dan aku mulai gelisah, pesan tak dibalas, tapi status sempat dibuat… lalu aku ngambek kecil, yang tentu saja kamu balas dengan: “cie ngambek” Dan semua jadi cair lagi. Lucunya, kita tak pernah butuh kata maaf panjang, cukup satu perhatian sederhana, seperti: “Udah makan belum?” Karena di dunia kita, ngambek hanyalah jeda, bukan jarak. Dan perhatianmu, selalu jadi penghapus kesal paling ampuh. Malam itu, percakapan biasa jadi istimewa, karena walau tak diucapkan langsung, aku tahu, kamu juga suka cara kita saling menyapa… dalam candaan kecil yang pelan-pelan jadi sayang.

Awal dari Segalanya (Untuk Feri & Nanda)

Awal dari Segalanya (Untuk Feri & Nanda) 5 mei 2025 Assalamu’alaikum, pesan pertamamu datang pelan-pelan, sopan, sederhana, tapi justru itu yang membuatnya membekas. Nama kamu, Nanda Kusnaedi. Katamu, kamu temannya Bu Desi, ingin berkenalan, dengan satu perempuan bernama: Feri. Aku menjawab kalem, dengan senyum terselip di balik layar. “Salam kenal, saya Feri Nurapli.” Dan saat itu… tanpa sadar, kisah ini mulai bergerak perlahan. Kamu tanya, “Saudaranya Desi?” Lalu heran karena nama belakang kita mirip. Kita tertawa kecil, menertawakan takdir yang membuat kita se-marga, walau bukan sedarah. Lagi jamkos, kataku. Lalu kamu goda, “Parah si Desi jerumusin temennya…” dan kuingat betul, itu kali pertama kamu membuatku senyum, untuk seseorang yang baru kukenal beberapa menit saja. Katamu, “Aku gak sebaik yang Bu Desi bilang.” Dan entah kenapa, aku justru ingin mengenal kamu lebih dalam, lebih nyata... lebih dari sekadar kata perantara. Karena sejak chat ...

Kamu, yang Selalu Manis

  Kamu, yang Selalu Manis 20 Juni 2025 Kamu kirim emot cium berkali-kali, seolah bibirmu tak mau diam mencintaiku. Lalu bilang, "Feri sayang, kekasihku yang baik…" dan hatiku ikut berdesir, meski aku cuma baca dari layar. Kamu bilang aku cantik, kesayangan kamu, dan jujur... aku sudah tahu. Tapi tetap saja, aku suka mendengarnya darimu—lagi, dan lagi. Lalu kamu minta izin nonton, “Boleh ya aa nonton?” dengan tatapan emoji paling memelas, dan aku cuma bisa senyum, sambil mengetik: Kalau aku bilang gak boleh, gimana? Karena kadang, aku cuma ingin kamu tahu, betapa lucu dan berartinya kamu saat merayu dengan segala cara.

Semua Boleh, Asal Kamu

  Semua Boleh, Asal Kamu 19 Juni 2025 Katamu, aku boleh manja, boleh posesif, boleh ngambek kapan aja, boleh ngatur ini itu—semuanya boleh. Lucu ya, kamu kayak ngasih izin buat aku jadi versi paling rewel dari diriku, dan tetap dicintai, tanpa syarat, tanpa protes. Aku tanya berkali-kali, “Serius boleh?” Kamu jawab, “Boleh banget.” Dan saat itu juga, hatiku ikut luluh… ikut yakin. Aku suka caramu memperbolehkan semua, karena kamu tahu, aku cuma butuh tempat buat jadi aku, yang kadang sensitif, kadang cerewet, tapi selalu tulus. Kamu bilang, cewek selalu benar, dan aku ketawa, karena akhirnya ada seseorang yang rela kalah, demi bikin aku merasa cukup. Dan jujur aja, aku nggak bisa lama-lama ngambek, karena kamulah alasanku balik senyum lagi. Jadi kalau kamu tanya, “Boleh VC?” Jawabannya: selalu boleh— karena suara kamu adalah tempat tenangku di tengah ribetnya dunia.

Percakapan Kita

  Percakapan Kita 20 Juni 2025 Kadang kamu ngeselin, bilang sayang ke aku… terus ke Doraemon juga. Padahal aku cuma mau satu kalimat manis, yang titiknya penuh, tanpa koma. Aku ngambek, kamu ngebujuk. Aku bilang “yaudah”, kamu jawab “I love you beby” dan tiba-tiba hatiku lumer kayak cokelat meleleh. “My frety girl,” katamu, meski salah ketik, tapi justru di situlah lucunya— dan aku suka caramu salah, asal tetap sayang ke aku yang benar. Kamu memang bucin, dikit-dikit cium virtual, dikit-dikit manja minta peluk sebelum tidur. Tapi sumpah ya, aku yang tadinya BT, jadi senyum-senyum sendiri. Aku tidur tenang, bukan karena lelah, tapi karena tahu ada kamu yang selalu bilang, “sayang feri, always.”

Kamu yang Membuatku Hidup Lagi

  Kamu yang Membuatku Hidup Lagi 18 Juni 2025 Setelah ayah pergi, dunia serasa berhenti berputar. Langit kehilangan warna, dan aku kehilangan arah. Terlalu lama aku diam, menyulam luka dalam sepi, tersesat dalam kenangan yang tak lagi bisa kusapa, hanya bisa kupeluk lewat doa. Lalu kamu datang— tidak membawa janji, hanya hadir… pelan, seperti cahaya pagi setelah malam yang panjang. Kamu tak pernah bertanya, hanya menggenggamku saat aku tak sanggup bicara. Dan entah bagaimana, di matamu… aku merasa tak sepi lagi. Kamu tidak menggantikan ayah, aku tahu itu tak mungkin. Tapi kamu menyalakan cahaya kecil, yang membuatku percaya: aku masih bisa merasa… masih bisa tertawa… masih bisa hidup… meski kehilangan sebesar itu menyisakan lubang dalam dada. Terima kasih, untuk menjadi tempat baru aku pulang, saat rumah itu tak lagi lengkap, dan hatiku hampir menyerah

Untukmu, Variabel yang Kucinta

Untukmu, Variabel yang Kucinta 13 Juni 2025 Jika jarak kita adalah sebuah garis, maka aku rela jadi titik yang selalu berada dalam lintasmu, meski jarak itu tak pernah konstan, aku tetap tak ingin keluar dari domain hatimu. Kau menyebut dirimu pecundang, padahal menurutku, kau hanya sedang dalam proses limit menuju keberanian. Belum mencapai nilai maksimum, tapi jelas, kau bukan fungsi yang sembarang. Aku tak butuh pembuktian yang rumit, cinta tak selalu perlu rumus eksak, cukup dengan integrasi rasa dan turunan setia, kita bisa mencari luas cinta yang tak berbatas. Jika dulu kau keras, bahkan radikal soal cinta, maka sekarang cukup jadi linear: sederhana, jujur, dan mengarah padaku. Dan jika kau ragu, anggap saja aku adalah konstanta, yang tak akan berubah nilai, meski persamaan kita diuji berulang kali. Maka yakinlah, bahwa himpunan kita masih mungkin bersilangan, dan cinta ini… masih satu solusi yang layak diperjuangkan.

Rasanya Kayak Cinta Pertama

 16 Juni 2025 Rasanya kayak cinta pertama... tapi lebih tenang, lebih dewasa, tapi tetap bikin deg-degan. Di usia 20-an, kita udah tau patah hati itu nyata, tapi tetep aja... satu senyumnya bisa bikin hati kelabakan. Bukan cuma soal berbunga-bunga, tapi juga soal merasa 'aku pengen jaga orang ini, bukan cuma punya.

Aku Merindukanmu Tanpa Paksa

  Aku Merindukanmu Tanpa Paksa  8 Juni 2025 Aku merindukanmu, tapi nggak akan memaksa hadirku di harimu. Karena Aku tahu, ada banyak hal yang harus kamu urus, dan aku bukan salah satunya — untuk saat ini. Mungkin  Aku ingin selalu dekat, tapi karena aku paham: yang sibuk bukan berarti lupa, dan yang nunggu bukan berarti harus selalu dipanggil. Jadi, kalau suatu saat kamu luang, dan ingat aku walau sebentar, itu udah lebih dari cukup. Kita memang belum pernah bertemu Tapi ntah kenapa , aku merasa dekat Ya meski lewat kata, doa dan waktu yang tak sama. Rindu ini nyata , benar-benar nyata Dan aku menjaga rasanya dengan tenang Tanpa paksa.  kamu yang terkadang cuek, terkadang romantis, terkadang lucu dan terkadang menyebalkan wkwk. Tapi yang jelas kamu cerdas dan aku suka itu. Suka banyak hal tentang kamu. Saat kamu tak berkabar, dan aku rindu. aku cuma duduk sambil mikirin kamu, sambil senyum sendiri pas lihat layar hp yang isinya pesan-pesan dari kamu  Dan aku sel...

Aku yang selalu kepo tentang kamu

 Aku tuh kadang suka mikir, kamu tuh X yang selalu aku cari, padahal aku tahu… kamu nggak pernah benar-benar hilang  cuma suka sembunyi di balik kesibukan. 😅 Aku suka nanya ke diri sendiri: “kamu kemana sih? Sama siapa? Lagi ngapain?” “kamu lagi senyum buat siapa sih?” Ya ampun… padahal nggak ditanya juga, otak ini udah otomatis muter kayak kalkulator rusak. Kamu tuh kayak angka π, nggak habis-habis bikin aku penasaran. Dan aku? Aku cuma cewek biasa yang pengen jadi bagian dari rumus harimu meski cuma jadi tanda tambah di senyummu. Kadang kamu tuh nyebelin banget, tapi gkpp deh. Aku terima kekurangan dan kelebihan mu😜

Aku, Kamu dan Semesta (part 1)

Gambar